Minggu, 27 Oktober 2013

PETA KONSEP GEOGRAFI MRANGGEN



M . Irfan Arrayan ( 19 ) Yusril Ridha Pratama ( 31 )  Rizky Amalia ( 29 )  Inggrid Putri Guswinar ( 16 )

MRANGGEN CITY
Kota Mranggen terletak terletak di jalan regional Semarang - Purwodadi, kurang lebih 11 Km Timur Kota Semarang

Luas wilayah Kota Mranggen 260.012 Ha, dengan batas-batas sbb : Utara : Desa Jamus,Menur, Ngemplak dan Tamansari Selatan : Desa Banyumeneng, Kangkung dan Desa Sumber rejo. Timur : Desa Tamansari, Kalitengah dan Desa Kuripan Kec.Karangawen Barat : berbatasan dengan kecamatan Pedurungan kota Semarang.
Sebagai ibukota kecamatan, Kota Mranggen termasuk kota kecil yang paling cepat berkembang. Beberapa tahun terakhir ini, Kota Mranggen menunjukkan perkembangannya yang sangat menonjol. Variasi kegiatan ekonomi penduduknya berkembang dengan signifikan. Semua ini mendorong terciptanya pola penggunaan tanah yang semakin kompleks dan beragam.
Saat ini, Kota Mranggen memiliki fasilitas pasar umum yang sangat dominan mewarnai hampir semua kegiatan yang ada di sekitarnya. Keberadaan fasilitas perdagangan yang ada di jalan regional Semarang – Purwodadi ini menjadi pemicu tumbuhnya berbagai kegiatan, fasilitas ekonomi, sosial dan berkembangnya kawasan – kawasan terbangun baru. Hampir semua fasilitas perdagangan, jasa dan sosial berkembang pesat di pusat Kota Mranggen. Mulai dari sarana perdagangan / ekonomi, jasa, pendidikan, transportasi, permukiman dan sebagainya. Bahkan fasilitas-fasilitas sosial tingkat regional / kecamatanpun ada di pusat kota ini. Seperti Kantor Kecamatan, Kantor Kepolisian, SLTP, SMU/ SMK, Bank, Kantor Notaris, Apotek, BKIA, Toko Swalayan, Dealer Kendaraan, jasa perbengkelan dan sebagainya. Perkembangan pusat kota ini nampaknya banyak dipengaruhi oleh kedekatannya dengan Kota Semarang, dimana luberan (Aglomerasi) Kota Semarang telah terjadi. Di Kota Mranggen, muncul kecenderungan tumbuh kawasan permukiman baru (ekstensifikasi) dan semakin tingginya kepadatan bangunan (intensifikasi) serta semakin beragamnya penggunaan tanah di sekitar jalan raya Semarang - Mranggen. Percepatan tumbuhnya kawasan terbangun ini dipicu juga dengan adanya beberapa pabrik dan / industri yang ada di Penggaron dan Karangawen. Masih relatif murahnya harga tanah di Kota Mranggen nampaknya juga ikut mendorong lajunya pertumbuhan kawasan terbangun. Tanah kosong yang berada di antara tanah terbangun yang beberapa tahun lalu masih berupa tegalan / sawah tadah hujan, akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh permukiman penduduk. Seperti di Desa Bandungrejo bagian Utara, Batursari bagian Utara, Brumbung bagian Utara serta Desa Mranggen bagian Timur .
Sedangkan Kota Mranggen bagian Selatan (yaitu termasuk wilayah Desa Batursari dan Desa Kebonbatur) dominasi penggunaan tanahnya adalah untuk permukiman. Perkembangan lahan terbangun di wilayah ini yang sangat cepat sebagai kawasan permukiman nampak jelas selama lima tahun terakhir. Hal ini sebagai akibat adanya pengusahaan / swasta / pengembang (investor) di kedua Desa ini. Mengingat permukiman juga pasti membutuhkan fasilitas sosial sebagai pendukungnya maka rencana penggunan tanah Kota Mranggen terutama di Bagian Selatan ini perlu disiapkan secara matang. Walaupun dari “pengembang” sudah disiapkan beberapa fasilitas pendukungnya namun untuk mengantisipasi berkembangnya volume dan ragam kebutuhan lahan di masa yang akan datang, perlu disiapkan rencana yang lebih baik.
Pola pergerakan penduduk di Kota Mranggen secara umum memengaruhi “struktur dan bentuk kota yang akan direncanakan. Kota Mranggen yang berbatasan dengan Kota Semarang dan dilalui oleh jalur ekonomi Semarang – Purwodadi memiliki potensi pertumbuhan kota yang sangat kuat. Pusat pelayanan ekonomi yang ada di Pasar Mranggen telah menarik potensi-potensi kegiatan ekonomi dan daerah hinterland berorientasi ke fasilitas tersebut (pasar). Akibatnya peruntukan lahan di sekitar pasar menjadi demikian padat dan rapat dengan berbagai aktivitas kota, baik aktifias ekonomi maupun aktivitas sosial. Daerah terbangun baru dan kecenderungan terjadinya alih fungsi peruntukan lahan berkembang pesat di sekitar pasar Mranggen. Pemicu proses perkembangan ini sebagian besar adalah para pendatang dari Kota Semarang yang jeli melihat prospek ekonomi yang terjadi di Kota Mranggen. Pertumbuhan yang cepat ini telah menyebabkan Kota Mranggen berkembang secara “alamiah” sesuai dengan kehendak penduduknya. Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan pabrik-pabrik di sepanjang perbatasan Kota Mranggen – Semarang, telah besar pengaruhnya terhadap munculnya kawasan-kawasan permukiman baru, serta pola dan bentuk tata guna lahan yang ada di Kota Mranggen terutama di Desa Bandungrejo, Mranggen dan Batursari. Hal ini dapat dilihat di sepanjang jalur jalan Pasar Mranggen menuju Komplek Perumahan. Pucanggading dimana telah berkembang daerah permukiman di sekitar Dukuh Ndaleman Dukuh Gebangsari dan desa Mranggen Bagian Selatan.
Sebagian besar topografi tanah di Kota Mranggen merupakan tanah datar dan hanya sebagian kecil yang agak cekung / rendah (yaitu di Desa Batursari dan Mranggen bagian Utara). Oleh karenanya, di kedua Desa ini di musim penghujan sering terjadi genangan air/ banjir. Terutama di Kauman / Jl. Jatikusuman Raya, sebagian komplek Perumahan Pondok Majapahit II, Batursari Asri, Kampung Perbalan dan jalan raya depan Pasar Mranggen sampai sekitar kantor Polsek Kecamatan Mranggen.
Dari survei diperoleh keterangan data bahwa banjir terjadi sebagai akibat arus air dari arah Selatan, baik yang melalui saluran jalan Jatikusuman Raya maupun yang melalui sungai/ kali Bagong sebelah Pasar Mranggen. Sehingga pada saat terjadi genangan air/ banjir, kegiatan di pasar Mranggen dan Pasar Sepeda / Hewan Batursari praktis terganggu. Demikian pula arus lalu lintas Semarang – Purwodadi yang melintasi depan pasar, sehingga kemacetan lalu lintas di jalan ini tidak dapat dielakkan. Sedangkan banjir yang terjadi di sekitar Perumahan Batursari Asri di musim penghujan, disebabkan karena melimpahnya air sungai / kali Bagong yang kondisinya dangkal dan banyak sampah.
Di wilayah ini sebenarnya terdapat beberapa saluran drainase pembagi yang melewati kota, namun rata-rata kondisinya sudah kurang terawat dan dangkal sehingga bila terjadi hujan deras beberapa jam saja dapat dipastikan airnya meluap. Beberapa saluran ini di antaranya adalah : Saluran yang melewati sebelah kantor kecamatan lama menuju Suburan, saluran yang melewati sebelah Polsek, saluran Jalan Jatikusuman / Kauman, saluran yang melewati sebelah SMK Bhakti Nusantara Bandungrejo dan saluran-saluran kecil lainnya.
Penanganan yang dipandang efektif dalam menangani genangan air ini adalah mengadakan normalisasi saluran dan sungai yang sudah ada serta mengadakan sosialisi kepada masyarakat mengenai hidup bersih dan sehat terutama dalam mengelola limbah dan membuang sampah kota. Sistem jaringan drainase di Kota Mranggen:
Seperti diketahui, saat ini jalan utama Kota Mranggen sudah tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas yang ada. Di sepanjang jalan depan Pasar Mranggen sampai pasar Ganefo sangat rawan kemacetan. Setiap pagi antara jam 06.30 WIB sampai 08.00 seringkali terjadi kemacetan lau lintas di persilangan “rel” Kereta Api” Brumbung, demikian pula di depan Pasar Mranggen. Keadaan ini semakin parah bila terjadi hujan dan sebagian jalan tergenang air. Oleh karena itu, untuk menanggulangi masalah ini di Kota Mranggen sebaiknya disediakan jalan lingkar dengan fungsi Kolektor yang berfungsi membagi arus kendaran yang melewati dalam Kota Mranggen. Jalan lingkar ini sebaiknya dibuat mulai dari Barat (Desa Bandungrejo) dan melingkar disebelah utara kota ke Timur sampai Desa Kembangarum. Embrio untuk jalan kolektor ini sebenarnya sudah ada, hanya sebagian masih berupa tanah sawah tadah hujan dan dikuasai oleh penduduk.
Dengan telah dibuatnya jalan ini, Kota Mranggen akan memiliki pola jalan radial, dan dimungkinkan akan timbul jalan-jalan lokal yang memiliki akses menuju jalan utama. Sehingga secara tidak langsung akan berpotensi besar mengembangkan kawasan terbangun di bagian Utara Kota.
Dari Analisis sistem lalu lintas di Kota Mranggen dapat disimpulkan, bahwa penyebab terjadinya kemacetan di jalan utama Mranggen adalah terjadinya “cross traffic” antara kegiatan pasar, berupa sepeda, sepeda motor, dokar, becak dan pangkalan truk yang ada di depan pasar Mranggen serta angkutan kota yang berhenti di sembarang tempat di depan pasar, sedangkan di Brumbung disebabkan adanya percampuran dengan kegiatan Pasar Ganefo dan persilangan rel kereta api.
Seperti diterangkan di depan, solusi yang dapat dipakai adalah membuat jalan lingkar Utara Kota Mranggen mulai dari Desa Bandungrejo sampai Desa Kembangarum. Sedangkan untuk menghilangkan kesemrawutan lalu lintas di depan Pasar Mranggen, sebaiknya di sediakan Pangkalan Truk yang lokasinya diluar jalan utama kota, dan pembuatan beberapa halte di sepanjang jalan depan pasar sebagai lokasi khusus dimana para penumpang menunggu kendaraan yang akan mereka tumpangi. Disamping itu juga diperlukan adanya rute angkutan kota, baik bus maupun station yang menghubungkan perumahan Pucanggading dengan pasar Mranggen lewat jalan Batursari- Mranggen.
Mranggen merupakan ibukota kecamatan yang diarahkan untuk berkembang bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran tingkat regional kecamatan. Perkantoran dimaksud akan berupa kantor pemerintahan skala kecamatan dan perkantoran swasta.. Dengan semakin besarnya animo masyarakat dan terutama pemilik modal untuk membangun usahanya di kota Mranggen, diperkirakan nilai tanah dikota ini akan cepat naik. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengaturan tata bangunan yang mengedepankan efisiensi dan efektifitas lahan. 
Masyarakat desa Mranggen dalam penerapan nilai-nilai demokrasi sangatlah maju, pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan dilakukan dengan musyawarah bersama lembaga-lembaga desa seperti Ketua RT, Ketua RW, anggota LKMD dan BPD yang dipimpin oleh Kepala Desa. Dalam permusyawarahan mengedepankan keputusan yang mempunyai kemanfaatan dengan pertimbangan skala prioritas yang memberikan kemanfaatan secara maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.

Teristimewa dalam proses suksesi Pemilihan Kepala Desa Mranggen tidak berlaku money politic, Kepala desa hanya berkewajiban membayar uang pendaftaran dan peryaratan administrasi lainnya. Sedangkan biaya pelaksanaa Pilkades ditanggung dengan swadaya masyarakat secara berurunan dan dana bantuan pemerintah. Budaya bagi-bagi duit (money politic) dikalangan masyarakat Desa Mranggen selalu tertolak, sehingga sudah menjadi catatan apabila pada momen pesta demokrasi seperti : Pilkades, Pilkada, dan Pemilu, para kontestan enggan melakukan kampanye dengan bagi-bagi duit.
Demikian pula dalam pengelolaan keuangan pelaksanaan kegiatan desa dilakukan secara transparan, Kepala desa Mranggen M. Najib HS hanya terlibat dalam arah kebijakan, sedangkan bidang tehnis diserahkan sepenuhnya pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat yang terlembaga.
Sarana Kesehatan yang terdapat di Kecamatan Mranggen adalah 1
Rumah Sakit, 3 Puskesmas 4 puskesmas pembantu, 10 Poliklinik dan 10
Rumah Bersalin dengan tenaga medis yaitu 29 dokter, 29 paramedis, 43
bidan dan 38 dukun bayi.
SOSIAL
4.1. Pendidikan
Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh ter-sedianya sarana
dan prasarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidikan (guru) yang
memadai. Berdasarkan data dari Kantor Depdiknas dan DEPAG Kabupaten
Demak, pada tahun 2010 diketahui ada 72 Sekolah setingkat SD/MI, 32
Sekolah setingkat SLTP/Mts dan 27 Sekolah setingkat SLTA/MA, dengan
jumlah murid 15.944 untuk setingkat SD/MI, 9.331 untuk setingkat
SLTP/Mts, dan 7.944 untuk setingkat SLTA/MA . Sedang jumlah guru
berturut-turut 846 untuk SD/MI, 861 untuk SLTP/Mts dan 739 untuk
SLTA/MA.
Dari jumlah guru dan murid diatas dapat dihitung rasio murid terhadap guru,
dimana rasio murid terhadap guru untuk SD/MI adalah 18,85 untuk
SLTP/Mts 10,84 dan untuk SLTA/MA 10,75 Ini berarti bahwa setiap guru
SD/MI harus menangani sedikitnya 18 orang, untuk SLTP/Mts 11 orang dan
SLTA/MA 10 orang.
4.2. K

I. BATAS WILAYAH KECAMATAN MRANGGEN
 > Sebelah Utara Kecamatan Sayung
 > Sebelah Timur Kecamatan Karangawen
 > Sebelah Selatan Kabupaten Semarang
 > Sebelah Barat Kota Semarang
II. JARAK TERJAUH
 > Dari Barat ke Timur + 5 Km.
 > Dari Utara ke Selatan + 29 Km.
III. JARAK DARI KECAMATAN KE IBUKOTA DEMAK + 29 KM.
JARAK DARI KECAMATAN KE PUSAT KECAMATAN LAINNYA :
 > Ke Kecamatan Karangawen + 7 Km.
 > Ke Kecamatan Sayung + 12 Km.
IV. TINGGI DARI PERMUKAAN AIR LAUT < 500 M


Jumat, 25 Oktober 2013

Konsep Geografi Kota Wonosobo

·         Dhiza Amydestiala                                ( 09 )
·         Nur Annisa K.F.                                      ( 23 )
·         Pracita Netta Iswari                             ( 24 )
·         Saffiera Citra Hapsari                           ( 30 )

Geografi Kabupaten Wonosobo

Kondisi Wilayah

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian lokasi antara 250 m hingga 2.250 m diatas permukaan laut termasuk dalam jenis pegunungan muda dengan lembah yang curam. Secara geografis Kabupaten Wonosobo memiliki luas 98.448 ha (984,68 Km2) terletak dibebatuan prakwaker. Keadaan demikian sering menyebabkan timbul bencana alam terutama dimusim penghujan seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh dan gerakan merayap.Kondisi Wonosobo yang subur sangat mendukung untuk pengembangan pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.

Pada sektor pertanian ini memiliki komoditas antara lain Padi, Teh, Tembakau, kopi dan berbagai jenis sayuran serta tanaman hortikultura lainnya. Wonosobo yang memiliki suhu udara antara 14,3 - 26,5 °C sangat cocok untuk pengembangan budidaya jamur, carica pepaya, asparagus dan beberapa jenis kayu sebagai komoditi ekspor non migas serta beberapa jenis tanaman khas Wonosobo seperti seperti Purwaceng, Gondorukem dan Kayu putih.

Orang yang pernah mengenal atau berkunjung ke Wonosobo akan teringat kepada batik talunombo, mie ongklok dan dataran tinggi Dieng dengan carica dan kacang diengnya, selain hal tersebut masih ada yang lebih menarik lagi yaitu sebuah perkebunan teh yang dikenal sebagai kawasan Agrowisata Tambi. Kawasan Agrowisata Tambi merupakan pilihan yang menarik bagi pecinta alam pegunungan terutama yang ingin melepaskan diri dari hirukpikuknya suasa perkotaan sekaligus merasakan sejuknya udara pegunungan sehingga tidak berlebihan jiwa kegiatan outbound sangat tepat dilakukan di kawasan ini.

Kawasan Agrowisata Tambi merupakan areal perkebunan teh seluas 829,14 ha yang dikelola oleh PT Tambi yang bergerak dibidang perkebunan dan produksi teh. Semula perkebunan ini milik perusahan Belanda yang bernama Bagelen Thee & Kina Maatschapij dan dikelola oleh NV John Peet yang berkantor di Batavia (Jakarta).Setelah tahun 1945 atau Indonesia merdeka, perusahaan ini diambil-alih oleh pemerintah Republik Indonesia.Namun pasca Konferensi Meja Bundar (tahun 1949) perkebunan ini dikembalikan lagi kepada pemilik semula.Pada tahun 1954 perkebunan ini dijual kepada NV eks PPN Sindoro Sumbing. Tahun 1957 NV eks PPN Sindoro Sumbing bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mendirikan perusahaan baru yang diberi nama NV Tambi.



Pondok Wisata Tambi
Agrowisata Tambi terletak di lereng barat Gunung Sindoro, secara geografis agrowisata ini terletak di ketinggian 800 - 2000 meter dpl dengan suhu udara berkisar antara 15 - 24 °C dan dengan tingkat kimiringan 30° membuat para pengunjung akan merasa terpesona dengan keindahan alam sekitar areal perkebunan ini. Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan ini adalah tea walk atau berjalan-jalan mengitari ladang perkebunan teh dan terdapat 3 rute tea walk yaitu rute pendek (1 - 2 km), rute menengah (2 - 3 km) dan rute jauh (3 - 9 km). Selama perjalanana menelusuri rute tersebut akan terlihat hamparan lahan hijau, semilir angin dan sejuknya udara pegunungan akan membuat makin merasa nyaman dan dalam perjalanannya akan berpapasan dengan para wanita pemelitk teh yang akan tersenyum dan menyapa dengan ramah. Kawasan Agrowisata Tambi, sebagai kawasan agrowisata lainnya, juga dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung, fasilitas yang tersedia antara lain restoran, toko souvenir, pos-pos keamanan, arena outbound, arena api unggun, lapangan tenis, kolam pemancingan dan taman bermain

Letak Wonosobo yang strategis dengan sebagian besar daerahnya adalah pegunungan menjadi beberapa sungai, seperti Sungai Serayu, Sungai Bogowonto, Kali Putih, Kali Semagung dan Luk Ulo. Sungai serayu yang menambah debit air di Telaga Menjer telah dimanfaatkan airnya untuk membangkitkan listrik tenaga air. Tidak kalah penting daerah ini juga memiliki banyak potensi wisata seperti Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) dengan panas buminya yang telah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), kawah dan panorama yang indah lainnya.Selain itu terdapat juga candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Hindu dan beberapa situs sejarah lainnya. Semuanya itu adalah sebagai daya tarik utama bagi wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Wonosobo

Letak
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, terletak antara 7°.11'.20" sampai 7°.36'.24" garis lintang selatan (LS), serta 109°.44'.08" sampai 110°.04'.32" garis bujur timur (BT), Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah (Semarang) dan 520 Km dari Ibu Kota Negara (Jakarta) berada pada rentang 250 dpl - 2.250 dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl - 1.000 dpl sebesar 50% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara jalur pantai utara dan jalur pantai Selatan. Jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu - Pringsurat memberi akses dari dan menuju dua jalur strategis nasional.
Peta Kabupaten Wonosobo
Batas
Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan enam Kabupaten yaitu:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.

Luas Wilayah
Luas Wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 98.468 hektar atau 984,68 km2 ,atau 3.03 % (Persen) dari luas jawa tengah, dengan komposisi tata guna lahan atatanah sawah mencakup 18.909,72 ha (18,99 %), tankering seluas 55.140,80 ha (55,99 %), hutan negara 18.909,72 ha (19,18 %), perkebunan negara/swasta seluas 2.764,51 ha (2,80 %) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01 %). Secara administratif terbagi dalam 15 Kecamatan, 236 Desa dan 29 Kelurahan. Adapun ke 15 kecamatan tersebut yaitu (1). Kecamatan Wonosobo (2) Kecamatan Kalikajar (3) Kecamatan Sapuran (4) Kecamatan Kepil (5) Kecamatan Kertek (6) Kecamatan Kaliwiro (7) Kecamatan Wadaslintang (8) Kecamatan Leksono (9) Kecamatan Kalibawang (10) Kecamatan Selomerto (11) Kecamatan Garung (12) Kecamatan Kejajar (13) Kecamatan Watumalang (14) Kecamatan Mojotengah (15) Kecamatan Sukoharjo.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizBAGC-85W06o_ra0yx2YfUZlDZFBiiT9ovpswLh-3wF6Q5jM4MmT9_bG5ertxV8LQaXq5qGvHjCtmsraHmUnzY0gsm4xl2Mtqm1E4kyvGf4kpyf8Fx7Va5NvWscHq3OMBd7LQplN30i8/s320/img_57551.jpg 



Pengetahuan alam wonosobo

Letak Geografis

Secara geografis  kabupaten wonosobo terletak di tengah- tengah pulau jawa,dan secara adminitratif wonosobo termasuk dalam wilayah provinsi jawa tengah.kabupaten wonosobo dikeliling ioleh beberapa kabupaten  disekitarnya :
  Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Kendal dan batang
  Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten kebumen dan puworejo
  Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten banjarnegara dan kebumen
  Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten temanggung dan magelang

Letak astronomis

Secara astronomis kabupaten wonosobo terletak diantara  7°04’11” - 7°11’13”LS dan 109°43’10” - 110°04’40” BT
Dilihat dari letak lintangnya ,kabupaten wonosobo termasuk beriklim tropis, dengan dua musim setiap tahunnya, yaitu musin kemarau dan musim penghujan.suhu rata-rata berkisar antara 24°C - 3° C pada siang hari,dan pada malam hari turun menjadi  20°C.

Pembagian wilayah

Luas wilayah kabupaten wonosobo adalah 98.468 ha terdiri dari 18.549 ha lahan sawah dan 79.919 ha bukan lahan sawah.secara administrative daerah wonosobo terbagi dalam 4 wilayah pembantu bupati, 14 kecamatan, 236 desadan 28 kelurahan.
Kondis Geografis kabupaten wonosobo  yang sebagian besar berupa perbukitan atau pegunungan menjadi kendala utama transportasi antar desa atau kecamatan.

Keadaan flora di wonosobo

wonosobo identic dengan hutan karena dilihat dari  kosa kata :”wono” berarti hutan “sobo” berarti bepergian. Secara lengkap berarti “hutan tempat bepergian”.


Jenis-jenis hutan di wonosobo

Hutan wonosobo dibedakan menjadi dua,yaitu : hutan rakyat dan hutan Negara.
-hutan rakyat adalah hutan yang secara swasembada dimiliki dan dikelola oleh rakyat.
-hutan Negara adalah yang dimiliki dan dikelola oleh Negara atau pemerintahan.

Fungsi hutan di kabupaten wonosobo

o   Sebagai upaya konservasi tanah
o   Menjaga keanekargaman hayati
o   Mencegah erosi,longsor,dan banjir
o   Daerah peresan air atau penyimpan air
o   Mengurangi pemanasan global
o   Menambah pendapatan masyarakat sekitar hutan
o   Sumber devisa

Wonosobo, adalahsalah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah kabupeten yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Temanggung di sebelah timur dan Purworejo di selatan, Banjarnegara di barat serta Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang di utara.
Daerah yang sebagian besar wilayah Wonosobo adalah pegunungan, terdapat dua gunung berapi yang berada di bagian timur Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.Daerah utara adalah bagian dari daratan tinggi dieng dengan puncaknya Gunung Prahu dan sebelah selatan terdapat Waduk Wadaslintang. Kawasan wisata Dieng: terletak di kecamatan kejajar yang berjarak 26 kilometer dari kota Wonosobo, Dieng inilah yang cukup banyak dikunjungi oleh turis-turis karena memang Gunung Dieng ini adalah salah gunung yang cukup menarik dan indah yang ada di Indonesia ini. Suhunya udaranya yang cukup dingin hampir mencapai 18’C pada siang hari dan 13’C pada malam hari. Dan banyak juga tempat-tempat wisata yang beada di wonosobo seperti Waduk Wadaslintang, Agrowisata Tambi, Outbound, Air Terjun Sikarim, Telaga Menjer, Pemandian Wisata Kalianget, Wisata Religi, Curuk Winong, Pemandian dan kolam renang Mangli, Pemandian Air panas. Yang seiring dengan berjalannya waktu banyak Jejaring perhotelan raksasa dunia banyak mempercayakan Indonesia sebagai lokasi pengembangan bisnis mereka.Di seluruh penjuru Indonesia khususnya di Wonosobo itu sendiri seperti Hotel Gallery Kresna yang merupakan Hotel Bintang 4 di Wonosobo.Hotel Gallery Kresna merupakan satu-satunya kelas International Hotel di Wonosobo (Jawa Tengah) dan dapat dicapai dari kota-kota besar seperti Semarang, Solo, Yogyakarta & Purwokerto. Gateway untuk keajaiban budaya & sejarah banyak, lokasi alami pada 900 meter di atas permukaan laut menawarkan pengunjung dingin menyegarkan dan pencemaran - lingkungan yang bebas.Fasilitas hotel-hotel berbintang Indonesia juga semakin ketat berkompetisi dalam mengakomodasi tiap kebutuhan dan keinginan kustomer. Dari fasilitas MICE, akses wi-fi, ball room. Juga mengunggulkan keunikan dan pesona tersendiri tanpa meninggalakan kecanggihan serta profesionalitas pelayanan yang berbungkus senyuman ramah.Lokasi mereka yang biasanya terletak di area strategis, hingga mudah untuk dijangkau.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0H5CRagAVJV6U42wWTWGUh_ovII3m9SzTFKrpI7OWmH9gqA6y72bKjWZeCUtJlOssNJ68GpKdPWncTtX8KMgCwucjG-9xuJFCzSuX5sXVOPB03pXPpTNuWFkAueMWNZBQHvaZMZLO-Y4/s400/Locator_kabupaten_wonosobo.png

10 KONSEP GEOGRAFI WONOSOBO

1.     Konsep Lokasi
·         Lokasi Absolut ( Letak Astronomis )
terletak antara 7°.11'.20" sampai 7°.36'.24" garis lintang selatan (LS), serta 109°.44'.08" sampai 110°.04'.32" garis bujur timur (BT)
·         Lokasi Relatif
Kabupaten Wonosobo mempunyai posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara jalur pantai utara dan jalur pantai Selatan.memiliki luas 98.448 ha (984,68 Km2)
2.     Konsep Jarak ( JA )
Terdapat tempat wisata di Wonosobo yaitu Kawasan wisata Dieng yang terletak di kecamatan Kejajar yang berjarak 26 kilometer dari kota Wonosobo. Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah (Semarang) dan 520 Km dari Ibu Kota Negara (Jakarta).
3.     Konsep Keterjangkauan ( KE )
Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan Pondok Wisata Tambi Wonosobo ini adalah tea walk atau berjalan-jalan mengitari ladang perkebunan teh yang dapat dijangkau dengan 3 rute tea walk yaitu rute pendek (1 - 2 km), rute menengah (2 - 3 km) dan rute jauh (3 - 9 km).
4.     Konsep Morfologi ( MO )
Wonosobo sering timbul bencana alam terutama dimusim penghujan seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh dan gerakan merayap.
5.     Konsep Aglomerasi ( A )
Wonosobo memiliki banyak potensi wisata seperti Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) dengan panas buminya yang telah dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), kawah dan panorama yang indah lainnya.Selain itu terdapat juga candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Hindu dan beberapa situs sejarah lainnya. Semuanya itu adalah sebagai daya tarik utama bagi wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Wonosobo
6.     Konsep Pola ( PO )
Pola pemukiman di Wonosobo cnderung mengelompok karena bentuk geografisnya yaitu dataran tinggi.
7.     Konsep Unsur Nilai Kegunaan ( U )
Wonosobo merupakan daerah datarn tinggi maka darah tersebut cocok untuk peristirahatan, karna udaranya masih bersih dengan temperatur yang sejuk akan memberikan kesegaran para orang yang berada disana, salah satunya tempat wisata Dieng.
8.     Konsep Deferensial Area ( D )
Kondisi Wonosobo yang subur sangat mendukung untuk pengembangan pertanian yang menghasilkan Padi, Teh, Tembakau, kopi dan berbagai jenis sayuran serta tanaman hortikultura lainnya yang berbeda dengan daerah Jakarta yang banyak menghasilkan hasil Industri.
9.     Konsep Interdependeksi ( I )
Kondisi tanah di Wonosobo sangat subur sehingga banyak hutan ada diwilayah tersebut yang mempunyai fungsi
·         Sebagai upaya konservasi tanah
·         Menjaga keanekargaman hayati
·         Mencegah erosi,longsor,dan banjir
·         Daerah peresan air atau penyimpan air
·         Mengurangi pemanasan global
·         Menambah pendapatan masyarakat sekitar hutan
·         Sumber devisa
Tanah yang subur di Wonosobo berdampak pada peningkatan produktivitasnya.
10.                         Konsep Ketertarikan Keruangan ( K )
Wonosobo yang memiliki suhu udara antara 14,3 - 26,5 °C memiliki hubungan dengan jenis vegetasi yang tumbuh pada wilayah ini yaitu jenis tumbuhan perkebunan seperti topi dan hutan hutan yang banyak tumbuh diwilayah ini.


Konsep Esensial Geografi Daerah Dieng

TUGAS GEOGRAFI
KONSEP ESENSIAL GEOGRAFI DAERAH DIENG
XIA5











DISUSUN OLEH :
BISMAR AMRULLAH (04)
CHALID AL-FARUQ     (05)
DEFANNY ELSA F        (06)
HENDRY PRAWIRA L (15)
PRADITA DEVI A         (25)



1.Konsep Lokasi(LO)
            Konsep Lokasi dalam geografi, menganalisis aspek positif dan aspek negatif suatu tempat yang ada di permukaan bumi.
            Konsep lokasi biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan “Where” (dimana) lokasi suatu tempat.

Konsep lokasi dalam geografi dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

  1)Lokasi Absolut, yaitu lokasi suatu wilayah yang didasarkan pada garis lintang dan garis bujur.
Contoh :
 Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7’ 12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
  2)Lokasi Relatif, yaitu suatu lokasi wilayah di permukaan bumi yang sifatnya dapat berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh daerah-daerah yang ada di sekitarnya.
Di Dieng orang orang bermata pencaharian sebagai petani, dan di Dieng ini sebagai pusat penghasil sayur mayor, berbeda dengan daerah pantai. Penduduk yang tinggal di daerah pantai dominan bermata pencaharian nelayan
2.Konsep Jarak(JA)
          Jarak merupakan pembatas yang mempunyai sifat alamiah
Jarak mempunyai kaitan dengan lokasi dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan manusia.
Pada daerah dataran tinggi Dieng, komoditi utama di Dieng yaitu kentang. Jarak tempuh untuk menyangkut bahan baku ke pabrik, mempengaruhi besar biaya angkut. Semakin jauh jarak tempuh dari kebun / tempat ditanamnya kentang semakin besar pula biaya angkut yang diperlukan.
3.Konsep Keterjangkauan(KE)
Konsep keterjangkauan lebih berhubungan dengan kondisi medan yang berkaitan dengan darana angkutan dan transportasi yang digunakan.
Dataran Tinggi Dieng memiliki kondisi jalan yang menanjak, oleh sebab itu jika kita ke Dieng kita dapat pergi menggunakan motor maupun mobil .




4.Konsep Morfologi(MOR)
Morfologi adalah perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan sendimentasi.
Konsep morfologi di dalam Dieng antara lain:
1.     Merupakan salah satu tempat wisata yang berbentuk dataran tinggi
2.    Merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan bawah
3.    Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2000 mdpl adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya.
4.    Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
5.    Berikut beberapa obyek wisata di Dieng antara lain telaga, kawah, kompleks candi, gua, sumur, teater, musium, mata air.

5.Konsep Aglomerasi(A)
Konsep aglomerasi adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relative sempit dan bersifat menguntungkan.
Konsep yang bisa diambil dari Dieng Wonosobo adalah penduduk disana lebih cenderung ke pertanian karena memiliki lahan yang cocok. Hasil pertanian dari daerah Dieng ialah sayur-sayuran, kentang, wortel, kubis dan berbagai bawang-bawangan.
6.Konsep Pola(PO)
Konsep Pola adalah konsep yang berkaitan dengan susunan bentuk dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi baik fenomena alam atau social.
Konsep pola di dalam Dieng antara lain:
1.     Dieng adalah daerah vulkanis aktif
2.    Suhu di Dieng berkisar antara 15o-20o C di siang hari dan 10di malam hari. Pada musim kemarau ( Juli & Agustus), suhu udara dapat mencapai 0C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
3.    Kawah di Dieng tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadgempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
4.    Terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.

7.Konsep Nilai Kegunaan(U)
Konsep Nilai Kegunaan adalah suatu fenomena dibumi yang bersifat relatif.
Dieng memiliki banyak unsur nilai kegunaan, selain untuk pertanian Dieng juga dapat digunakan untuk objek wisata karena keindahannya dari atas. Ada pula telaga didekat Dieng yang airnya tidak pernah surut sehingga dapat digunakan untuk memancing, berwisata, dan pengairan ladang pertanian
8. Konsep Diferensial Area(D)
            Diferensiasi Area berkaitan dengan perbedaan corak antar wilayah di permukaan bumiKonsep Diferensiasi Area ini, digunakan untuk mempelajari perbedaan gejala geografi antara wilayah yang satu dengan yang lain di permukaan bumi.
 Contoh,  Dieng dikenal sebagai pusat penghasil kentang dan sayur mayur lainnya

9.Konsep Interaksi (I)
            Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala-gejala, kenapakan, dan permasalahan baru.
            Dalam Konsep Interaksi ini, gejala-gejala yang satu dengan gejala-gejala yang lainnya, saling tergantung satu sama lain.
Interaksi kota-desa terjadi, karena adanya perbedaan potensi alam. Misalnya, desa menghasilkan bahan baku, sedangkan kota menghasilkan barang industri. Karena kedua wilayah saling membutuhkan, maka terjadilah interaksi. Banyak tengkulak dari kota Semarang membeli kentang maupun olahan carica di dataran tinggi Dieng, Sebaliknya banyak penduduk Dieng berbelanja pupuk dan peralatan pertanian di kota Semarang.
10.Konsep Keterkaitan Ruang(K)
            Keterkaitan ruang menunjukkan derajat keterkaitan persebaran antara fenomena yang satu dengan yang lain, baik yang menyangkut fenomena fisik maupun non-fisik.
            Wilayah pedesaan dengan perkotaan. Misalnya, penduduk kota memerlukan bahan pangan dari desa, sebaliknya penduduk desa perlu memasarkan hasil alamnya ke kota.
Daerah Dieng penghasil sayuranKentangwortelkubis, dan berbagai bawang-bawanganpepaya gunung (carica) dan jamur. , Kediri penghasil gula, maka akan terjadi interaksi antar dua daerah terebut