M . Irfan Arrayan ( 19 ) Yusril Ridha Pratama ( 31 ) Rizky Amalia ( 29 ) Inggrid
Putri Guswinar ( 16 )
MRANGGEN CITY
Kota Mranggen terletak terletak di jalan regional Semarang - Purwodadi,
kurang lebih 11 Km Timur Kota Semarang
Luas wilayah Kota Mranggen
260.012 Ha, dengan batas-batas sbb : Utara : Desa Jamus,Menur,
Ngemplak dan Tamansari Selatan : Desa Banyumeneng, Kangkung dan Desa
Sumber rejo. Timur : Desa Tamansari, Kalitengah dan Desa Kuripan
Kec.Karangawen Barat : berbatasan dengan kecamatan Pedurungan kota
Semarang.
Sebagai ibukota kecamatan,
Kota Mranggen termasuk kota kecil yang paling cepat berkembang. Beberapa tahun
terakhir ini, Kota Mranggen menunjukkan perkembangannya yang sangat menonjol.
Variasi kegiatan ekonomi penduduknya berkembang dengan signifikan. Semua ini
mendorong terciptanya pola penggunaan tanah yang semakin kompleks dan beragam.
Saat ini, Kota Mranggen
memiliki fasilitas pasar umum yang sangat dominan mewarnai hampir semua
kegiatan yang ada di sekitarnya. Keberadaan fasilitas perdagangan yang ada di
jalan regional Semarang – Purwodadi ini menjadi pemicu tumbuhnya berbagai
kegiatan, fasilitas ekonomi, sosial dan berkembangnya kawasan – kawasan
terbangun baru. Hampir semua fasilitas perdagangan, jasa dan sosial berkembang
pesat di pusat Kota Mranggen. Mulai dari sarana perdagangan / ekonomi, jasa,
pendidikan, transportasi, permukiman dan sebagainya. Bahkan fasilitas-fasilitas
sosial tingkat regional / kecamatanpun ada di pusat kota ini. Seperti Kantor
Kecamatan, Kantor Kepolisian, SLTP, SMU/ SMK, Bank, Kantor Notaris, Apotek,
BKIA, Toko Swalayan, Dealer Kendaraan, jasa perbengkelan dan sebagainya. Perkembangan
pusat kota ini nampaknya banyak dipengaruhi oleh kedekatannya dengan Kota
Semarang, dimana luberan (Aglomerasi) Kota Semarang telah terjadi. Di Kota
Mranggen, muncul kecenderungan tumbuh kawasan permukiman baru (ekstensifikasi)
dan semakin tingginya kepadatan bangunan (intensifikasi) serta semakin
beragamnya penggunaan tanah di sekitar jalan raya Semarang - Mranggen.
Percepatan tumbuhnya kawasan terbangun ini dipicu juga dengan adanya beberapa
pabrik dan / industri yang ada di Penggaron dan Karangawen. Masih relatif
murahnya harga tanah di Kota Mranggen nampaknya juga ikut mendorong lajunya
pertumbuhan kawasan terbangun. Tanah kosong yang berada di antara tanah
terbangun yang beberapa tahun lalu masih berupa tegalan / sawah tadah hujan,
akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh permukiman penduduk. Seperti di Desa
Bandungrejo bagian Utara, Batursari bagian Utara, Brumbung bagian Utara serta
Desa Mranggen bagian Timur .
Sedangkan Kota Mranggen
bagian Selatan (yaitu termasuk wilayah Desa Batursari dan Desa Kebonbatur)
dominasi penggunaan tanahnya adalah untuk permukiman. Perkembangan lahan
terbangun di wilayah ini yang sangat cepat sebagai kawasan permukiman nampak
jelas selama lima tahun terakhir. Hal ini sebagai akibat adanya pengusahaan /
swasta / pengembang (investor) di kedua Desa ini. Mengingat permukiman juga
pasti membutuhkan fasilitas sosial sebagai pendukungnya maka rencana penggunan
tanah Kota Mranggen terutama di Bagian Selatan ini perlu disiapkan secara
matang. Walaupun dari “pengembang” sudah disiapkan beberapa fasilitas
pendukungnya namun untuk mengantisipasi berkembangnya volume dan ragam
kebutuhan lahan di masa yang akan datang, perlu disiapkan rencana yang lebih
baik.
Pola pergerakan penduduk
di Kota Mranggen secara umum memengaruhi “struktur dan bentuk kota yang akan
direncanakan. Kota Mranggen yang berbatasan dengan Kota Semarang dan dilalui
oleh jalur ekonomi Semarang – Purwodadi memiliki potensi pertumbuhan kota yang
sangat kuat. Pusat pelayanan ekonomi yang ada di Pasar Mranggen telah menarik
potensi-potensi kegiatan ekonomi dan daerah hinterland berorientasi ke
fasilitas tersebut (pasar). Akibatnya peruntukan lahan di sekitar pasar menjadi
demikian padat dan rapat dengan berbagai aktivitas kota, baik aktifias ekonomi
maupun aktivitas sosial. Daerah terbangun baru dan kecenderungan terjadinya
alih fungsi peruntukan lahan berkembang pesat di sekitar pasar Mranggen. Pemicu
proses perkembangan ini sebagian besar adalah para pendatang dari Kota Semarang
yang jeli melihat prospek ekonomi yang terjadi di Kota Mranggen. Pertumbuhan
yang cepat ini telah menyebabkan Kota Mranggen berkembang secara “alamiah”
sesuai dengan kehendak penduduknya. Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan
pabrik-pabrik di sepanjang perbatasan Kota Mranggen – Semarang, telah besar
pengaruhnya terhadap munculnya kawasan-kawasan permukiman baru, serta pola dan
bentuk tata guna lahan yang ada di Kota Mranggen terutama di Desa Bandungrejo,
Mranggen dan Batursari. Hal ini dapat dilihat di sepanjang jalur jalan Pasar
Mranggen menuju Komplek Perumahan. Pucanggading dimana telah berkembang daerah
permukiman di sekitar Dukuh Ndaleman Dukuh Gebangsari dan desa Mranggen Bagian
Selatan.
Sebagian besar topografi
tanah di Kota Mranggen merupakan tanah datar dan hanya sebagian kecil yang agak
cekung / rendah (yaitu di Desa Batursari dan Mranggen bagian Utara). Oleh
karenanya, di kedua Desa ini di musim penghujan sering terjadi genangan air/
banjir. Terutama di Kauman / Jl. Jatikusuman Raya, sebagian komplek Perumahan
Pondok Majapahit II, Batursari Asri, Kampung Perbalan dan jalan raya depan
Pasar Mranggen sampai sekitar kantor Polsek Kecamatan Mranggen.
Dari survei diperoleh
keterangan data bahwa banjir terjadi sebagai akibat arus air dari arah Selatan,
baik yang melalui saluran jalan Jatikusuman Raya maupun yang melalui sungai/
kali Bagong sebelah Pasar Mranggen. Sehingga pada saat terjadi genangan air/
banjir, kegiatan di pasar Mranggen dan Pasar Sepeda / Hewan Batursari praktis
terganggu. Demikian pula arus lalu lintas Semarang – Purwodadi yang melintasi
depan pasar, sehingga kemacetan lalu lintas di jalan ini tidak dapat dielakkan.
Sedangkan banjir yang terjadi di sekitar Perumahan Batursari Asri di musim
penghujan, disebabkan karena melimpahnya air sungai / kali Bagong yang
kondisinya dangkal dan banyak sampah.
Di wilayah ini sebenarnya
terdapat beberapa saluran drainase pembagi yang melewati kota, namun rata-rata
kondisinya sudah kurang terawat dan dangkal sehingga bila terjadi hujan deras
beberapa jam saja dapat dipastikan airnya meluap. Beberapa saluran ini di
antaranya adalah : Saluran yang melewati sebelah kantor kecamatan lama
menuju Suburan, saluran yang melewati sebelah Polsek, saluran Jalan Jatikusuman
/ Kauman, saluran yang melewati sebelah SMK Bhakti Nusantara Bandungrejo dan saluran-saluran
kecil lainnya.
Penanganan yang dipandang
efektif dalam menangani genangan air ini adalah mengadakan normalisasi saluran
dan sungai yang sudah ada serta mengadakan sosialisi kepada masyarakat mengenai
hidup bersih dan sehat terutama dalam mengelola limbah dan membuang sampah
kota. Sistem jaringan drainase di Kota Mranggen:
Seperti diketahui, saat
ini jalan utama Kota Mranggen sudah tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas
yang ada. Di sepanjang jalan depan Pasar Mranggen sampai pasar Ganefo sangat
rawan kemacetan. Setiap pagi antara jam 06.30 WIB sampai 08.00 seringkali
terjadi kemacetan lau lintas di persilangan “rel” Kereta Api” Brumbung,
demikian pula di depan Pasar Mranggen. Keadaan ini semakin parah bila terjadi
hujan dan sebagian jalan tergenang air. Oleh karena itu, untuk menanggulangi
masalah ini di Kota Mranggen sebaiknya disediakan jalan lingkar dengan fungsi
Kolektor yang berfungsi membagi arus kendaran yang melewati dalam Kota
Mranggen. Jalan lingkar ini sebaiknya dibuat mulai dari Barat (Desa
Bandungrejo) dan melingkar disebelah utara kota ke Timur sampai Desa
Kembangarum. Embrio untuk jalan kolektor ini sebenarnya sudah ada, hanya
sebagian masih berupa tanah sawah tadah hujan dan dikuasai oleh penduduk.
Dengan telah dibuatnya
jalan ini, Kota Mranggen akan memiliki pola jalan radial, dan dimungkinkan akan
timbul jalan-jalan lokal yang memiliki akses menuju jalan utama. Sehingga
secara tidak langsung akan berpotensi besar mengembangkan kawasan terbangun di
bagian Utara Kota.
Dari Analisis sistem lalu
lintas di Kota Mranggen dapat disimpulkan, bahwa penyebab terjadinya kemacetan
di jalan utama Mranggen adalah terjadinya “cross traffic” antara kegiatan
pasar, berupa sepeda, sepeda motor, dokar, becak dan pangkalan truk yang ada di
depan pasar Mranggen serta angkutan kota yang berhenti di sembarang tempat di
depan pasar, sedangkan di Brumbung disebabkan adanya percampuran dengan
kegiatan Pasar Ganefo dan persilangan rel kereta api.
Seperti diterangkan di
depan, solusi yang dapat dipakai adalah membuat jalan lingkar Utara Kota
Mranggen mulai dari Desa Bandungrejo sampai Desa Kembangarum. Sedangkan untuk
menghilangkan kesemrawutan lalu lintas di depan Pasar Mranggen, sebaiknya di
sediakan Pangkalan Truk yang lokasinya diluar jalan utama kota, dan pembuatan
beberapa halte di sepanjang jalan depan pasar sebagai lokasi khusus dimana para
penumpang menunggu kendaraan yang akan mereka tumpangi. Disamping itu juga
diperlukan adanya rute angkutan kota, baik bus maupun station yang
menghubungkan perumahan Pucanggading dengan pasar Mranggen lewat jalan
Batursari- Mranggen.
Mranggen merupakan ibukota kecamatan yang diarahkan untuk berkembang
bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran tingkat regional
kecamatan. Perkantoran dimaksud akan berupa kantor pemerintahan skala kecamatan
dan perkantoran swasta.. Dengan semakin besarnya animo masyarakat dan terutama
pemilik modal untuk membangun usahanya di kota Mranggen, diperkirakan nilai
tanah dikota ini akan cepat naik. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengaturan
tata bangunan yang mengedepankan efisiensi dan efektifitas lahan.
Masyarakat desa Mranggen
dalam penerapan nilai-nilai demokrasi sangatlah maju, pengambilan keputusan
dalam menentukan kebijakan pembangunan dilakukan dengan musyawarah bersama lembaga-lembaga
desa seperti Ketua RT, Ketua RW, anggota LKMD dan BPD yang dipimpin oleh Kepala
Desa. Dalam permusyawarahan mengedepankan keputusan yang mempunyai kemanfaatan
dengan pertimbangan skala prioritas yang memberikan kemanfaatan secara
maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.
Teristimewa dalam proses
suksesi Pemilihan Kepala Desa Mranggen tidak berlaku money politic, Kepala desa
hanya berkewajiban membayar uang pendaftaran dan peryaratan administrasi
lainnya. Sedangkan biaya pelaksanaa Pilkades ditanggung dengan swadaya
masyarakat secara berurunan dan dana bantuan pemerintah. Budaya bagi-bagi duit
(money politic) dikalangan masyarakat Desa Mranggen selalu tertolak, sehingga
sudah menjadi catatan apabila pada momen pesta demokrasi seperti : Pilkades,
Pilkada, dan Pemilu, para kontestan enggan melakukan kampanye dengan bagi-bagi
duit.
Demikian pula dalam
pengelolaan keuangan pelaksanaan kegiatan desa dilakukan secara transparan,
Kepala desa Mranggen M. Najib HS hanya terlibat dalam arah kebijakan, sedangkan
bidang tehnis diserahkan sepenuhnya pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat yang
terlembaga.
Sarana Kesehatan yang terdapat di Kecamatan
Mranggen adalah 1
Rumah Sakit, 3 Puskesmas 4 puskesmas
pembantu, 10 Poliklinik dan 10
Rumah Bersalin dengan tenaga medis yaitu 29
dokter, 29 paramedis, 43
bidan dan 38 dukun bayi.
SOSIAL
4.1. Pendidikan
Keberhasilan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh ter-sedianya sarana
dan prasarana
pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidikan (guru) yang
memadai.
Berdasarkan data dari Kantor Depdiknas dan DEPAG Kabupaten
Demak, pada
tahun 2010 diketahui ada 72 Sekolah setingkat SD/MI, 32
Sekolah
setingkat SLTP/Mts dan 27 Sekolah setingkat SLTA/MA, dengan
jumlah murid
15.944 untuk setingkat SD/MI, 9.331 untuk setingkat
SLTP/Mts, dan
7.944 untuk setingkat SLTA/MA . Sedang jumlah guru
berturut-turut
846 untuk SD/MI, 861 untuk SLTP/Mts dan 739 untuk
SLTA/MA.
Dari jumlah guru
dan murid diatas dapat dihitung rasio murid terhadap guru,
dimana rasio
murid terhadap guru untuk SD/MI adalah 18,85 untuk
SLTP/Mts 10,84
dan untuk SLTA/MA 10,75 Ini berarti bahwa setiap guru
SD/MI harus
menangani sedikitnya 18 orang, untuk SLTP/Mts 11 orang dan
SLTA/MA 10
orang.
4.2. K
I. BATAS WILAYAH
KECAMATAN MRANGGEN
> Sebelah Utara Kecamatan Sayung
> Sebelah Timur Kecamatan Karangawen
> Sebelah Selatan Kabupaten Semarang
> Sebelah Barat Kota Semarang
II. JARAK
TERJAUH
> Dari Barat ke Timur + 5 Km.
> Dari Utara ke Selatan + 29 Km.
III. JARAK DARI
KECAMATAN KE IBUKOTA DEMAK + 29 KM.
JARAK DARI KECAMATAN
KE PUSAT KECAMATAN LAINNYA :
> Ke Kecamatan Karangawen + 7 Km.
> Ke Kecamatan Sayung + 12 Km.
IV. TINGGI DARI
PERMUKAAN AIR LAUT < 500 M